Banjarmasin, wartaberitaindonesia.com – Anggota Komisi I DPRD Provinsi Kalimantan Selatan, H. Rahimullah, SE, mengungkapkan bahwa berdasarkan data resmi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalsel, sebanyak 2.019 titik panas (hotspot) terpantau sejak 1 Januari hingga 9 Agustus 2025.
Sebagian besar hotspot tersebut terdeteksi di wilayah Balangan, Tabalong, dan Tanah Laut, yang selama ini dikenal sebagai daerah paling rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Menurut Rahimullah, aktivitas hotspot sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Jika curah hujan tinggi dan merata, jumlah hotspot akan menurun signifikan. Sebaliknya, cuaca panas terik dapat memicu lonjakan titik panas.
“Kemarau basah tahun ini membuat hujan dan panas silih berganti. Namun, beberapa wilayah pesisir seperti Tanah Bumbu dan Kotabaru diprediksi mengalami kemarau lebih kering sehingga harus lebih diwaspadai,” ujar politisi Golkar ini Jumat (19/9)
Untuk mengantisipasi risiko karhutla, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan telah menetapkan status Siaga Darurat Karhutla sejak 4 Agustus hingga 30 September 2025. Gubernur juga telah menginstruksikan seluruh bupati dan wali kota di Kalsel agar meningkatkan kesiapsiagaan di wilayah masing-masing.
Dukungan dari pemerintah pusat juga telah diberikan melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Saat ini, Kalsel mendapat tambahan armada udara berupa dua helikopter patroli dan dua helikopter water bombing, dengan rencana penambahan satu unit lagi pekan depan. Selain itu, usulan operasi modifikasi cuaca (OMC) juga tengah diajukan jika kondisi darurat mengharuskan.
Rahimullah menegaskan, langkah cepat pemerintah sangat penting untuk mencegah meluasnya karhutla yang berpotensi mengganggu kesehatan masyarakat dan aktivitas perekonomian di Kalsel.






