Banjarmasin, wartaberitaindonesia.com – Dalam kurun waktu lima bulan terakhir kondisi harga pangan di seluruh Indonesia, tidak terkecuali di kabupaten/kota di Kalimantan Selatan (Kalsel) cenderung mengalami deflasi (penurunan).
Hal tersebut diungkapkan
Anggota Komisi IV DPRD
Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) Habib Yahya Assegaf, Minggu (6/10) di Banjarmasin.
“Ini disebabkan tidak terkendalinya situasi kondisi perekonomian secara menyeluruh di samping pertumbuhannya masih tidak stabil disebabkan sulitnya mencari lapangan pekerjaan, PHK, lemahnya investor serta dunia usaha mengalami kelesuan,” ujarnya.
Sebenarnya dari murahnya harga pangan ini menurut Yahya menjadi keinginan rakyat, namun kestabilan harga menjadi prioritas pemerintah.
Yahya menjelaskan,
deflasi sejak Mei hingga September lalu menjadi atensi penting bagi pemerintah, setidaknya jadi barometer perekonomian secara nasional.
Dengan harapan objek untuk meningkatkan daya beli serta perputaran keuangan berjalan dinamis pada sektor perdagangan di tengah-tengah masyarakat baik pasar tradisional, modern dan lainnya.
Kondisi tersebut diharapkan bisa memperbaiki kondisi tubuh khususnya pemenuhan gizi nasional sehingga komoditi telur, ikan, ayam potong hingga sejumlah jenis daging sapi hingga buah-buahan lokal.
“Hal penting pemenuhan konsumsi kita itu setidaknya mencakup protein dan vitamin,” harapnya.
Yahya mengajak seluruh stakeholder hingga semua elemen agar bersama-sama memerangi kemiskinan ekstrem yang terjadi secara turun temurun.
Bukan itu saja peluang kerja serta edukasi dunia UMKM secara masif harus menjadi perhatian pemerintah daerah di samping pola inovasi menjadi hal mutlak dengan mengoptimalkan potensi digitalisasi teknologi dalam pemasaran.
“Karena era sekarang semua kita tergiring untuk memanfaatkan kecanggihan fitur medsos dalam pemasaran.
Adanya pergeseran retail modern maupun pasar tradisional perlahan tergerus digitalisasi medsos,” tukasnya.